Saturday, July 30, 2011

Jelajah Ibu-Ibu Dbento di Kampung Jepang

Wadah bento cantik di Takagi

Alhamdulillah, dua ibu dbento berkesempatan lagi untuk mengunjungi Jalan Immermann, sebuah kampung Jepang di Düsseldorf, Jerman. Sebenarnya sih tak berbentuk kampung. Tapi suatu jalanan yang banyak sekali dihuni perusahaan serta toko-toko Jepang. Düsseldorf adalah kota ketiga dengan jumlah ekspatriat Jepang terbesar di Eropa. Setelah London dan Paris. Jumlah warga Jepang disini lebih dari 10 ribu jiwa. Makanya banyak toko Jepang bisa ditemukan.



Ini bukan kunjungan pertama kami kemari. Tahun lalu keempat ibu-ibu kontributor dbento sempat bersama-sama menjelajah dan berbelanja di beberapa toko. Sayangnya waktu kami disana pendek saja. Kali ini kami berdua sengaja kesana untuk mengubek-ubek hampir semua toko Jepang. Terutama yang berhubungan dengan pernak-pernik bento dan makanan.

Begitu sampai, kami langsung ke Toko Roti Taka. Seorang ibu mengucap selamat datang dalam bahasa Jepang. Saya jawab dengan kata halo. Bau harum roti tercium di seantero toko. Kami memilih-milih roti dengan rasa unik. Ada roti isi kacang azuki, krim vanila, melon, hingga teh hijau. Dibanding toko roti Jerman, isinya sedikit saja. Tapi tampaknya mereka sengaja tak membuat banyak agar rotinya senantiasa segar dan relatif masih hangat ketika dibeli. Beberapa langsung kami makan disana. Bersama satu brondong Jepang yang sedang sarapan. hehe.

Dari toko roti, langsung menyebrang ke Japan Store. Kata Tante Lia, disitu ada beberapa buku bento serta pernak-pernik murah. Beberapa buku bento ada dalam bahasa inggris, lainnya berbahasa jepang. Kami hanya melihat-lihat sebagian isinya. Berpikir-pikir mau membeli sebab harganya relatif mahal. Japan Store ini adalah toko pernak-pernik dari Jepang. Bahan makanan juga ada. Bermacam komik, buku dan majalah berbahasa asli mereka. Alat-alat tulis lucu juga ada. Adik yang ikut ingin sekali membeli barang bermotif pokemon. Di bagian belakang, seperti kata Tante Lia, ada beberapa alat penujuang bento murah. Kami langsung panik, ingin membeli banyak barang. Saya akhirnya hanya mengambil 3 bento box, cetakan nasi, satu cetakan sandwich, puncher berbentuk tulip dan cabe bubuk nanami togarashi.

Keluar dari sini mulai lapar mata lagi. Apalagi disebelahnya ada warung onigiri. Lewat Maruyasu pula, penjual aneka sushi, onigiri dan beberapa jenis makanan lain. Tapi kami pilih ke Takagi dulu, sebuah toko buku di dekat Maruyasu. Koleksi buku bento disini lebih banyak, tapi tak lebih murah dibanding Japan store. Jadinya kami cuma melihat-lihat sambil ngiler melihat pajangan bento box di etalase mereka yang sangat bagus-bagus. Mirip koleksi di Casabento atau Bento&co. Tak ada label harganya. Kami pikir, pasti mahal. Minimal diatas 30 euro per biji. Koleksi bento box biasa mereka saja dibandrol paling tidak 20 euro per biji.

Berlanjutlah penjelajahan ke toko roti satu lagi, My Heart. Lebih banyak jenis roti dijual disini. Saya lihat ada roti isi soba, krim melon, dll. Kami membeli beberapa roti lagi sebelum bertolak menuju dua supermarket, Sachiko dan Dae Yang. Di Dae Yang kami membeli wakame dan goreng pasta ikan beku. Pencarian kamoboko dan chikuwa halal tak berhasil disini. Satu dua wadah bento klasik menarik hati. Syukur masih bisa menahan diri untuk membeli.

Saat berdiskusi tentang mie instan korea, kami mulai lapar. Inginnya makan udon pakai tempura udang. Di dekat sana ada warung bernama Naniwa dan Takumi. Naniwa ini sangat terkenal. Di jam makan, orang sampai harus mengantri agar bisa masuk kesana. Menurut Tante Lia, kuah mereka tak halal. Coret.

Pernak-pernik bento dari Japan Store
Awalnya kami ingin mencari informasi di Takumi, apakah kuah mie mereka menggunakan bahan tak halal atau tidak. Saya usulkan kami ke Maruyasu terlebih dahulu. Eh, di sebelahnya ternyata juga ada warung udon dan don. Saat kami konfirmasi ke embak pramusaji, katanya mereka tak menggunakan kuah tak halal. Kami langsung memesan dua mangkok  Ebi Ten Udon alias udon dengan tempura udang. Kuahnya rasa kaldu dashi yang biasa kami gunakan dalam nabe. Sedap sekali. Apalagi dimakan ketika lapar seperti kemarin.

Menjelang pulang, sekali lagi kami berbelanja ke supermarket China. Alhamdulillah ketemu chikuwa halal produk Thailand. Belum tahu rasanya bagaimana, Tapi saya sudah tak sabar ingin memasukkannya dalam sebuah bento. Kecapekan, kami naik kereta ke arah rumah. Senang sekali hari ini sukses mengubek-ubek kampung jepang.:)

8 comments:

  1. ngiler pingin bento box yang itu masih kebayang2... klo dah punya duitnya baru deh pede nanya harganya hehehe....

    ReplyDelete
  2. yang kayu itu ya, Li...:) Atau liat di casabento. Sapa tau ada angebot....:) aku juga mo puasa beli bento gear, neh.... Btw, buku yg judulnya Kawaii Bento Boxes ternyata masih mahal di Amazon...

    ReplyDelete
  3. ayo kesini lagi ima ^_^ janjian yuuuk ketemuan di warung udon aja hehehe...

    ReplyDelete
  4. Tante Lia, foto udonnya diposting, ya.... Aku baru inget klo gak ikut motret.. Abis kelaperan seh...:)

    ReplyDelete
  5. Tante Lia, mbak Ira dan teh Intan, nama resto-nya apa ya... belom kesampean makan udon :((

    ReplyDelete
  6. Namanya Maruyasu, Mbak. Klo gak salah letaknya di pengkolan antara Immermannstrasse ama Oststrasse..:)

    ReplyDelete
  7. sip sip.. makasih ya mbak Ira infonya

    ReplyDelete

matched content: