Thursday, September 10, 2015

Icip-Icip di Coffee Toffee

Minum kopi di coffee toffee
Kafe Coffee Toffee
Beberapa hari usai lebaran, seoarang sahabat mengirim sebuah pesan pribadi lewat whasap. Mengajak saya dan beberapa teman sekolah lainnya untuk ketemuan. 


"Di mana?" tanya saya.

"Enaknya di mana, ya? Kayaknya di kafe, deh," jawabnya.

"Kafe mana?"

"Aku browsing, kayaknya Coffee Toffee asyik, deh."

"Di mana itu?"

"Jalan Trunojoyo. Gramedia terus dikit," katanya menerangkan letak Coffee Toffee di sebuah tempat di pusat kota Jember.

Jember, kota kelahiran kami, sekarang sudah kekinian. Tak mau kalah dengan kota besar lainnya. Hotel-hotel baru dibangun. Kafe-kafe tempat nongkrong anak muda bermunculan. Setiap hotel punya resto atau kafe asyik buat kongkow. Entah ini perkembangan positif atau negatif. Mungkin setiap orang punya pandangan berbeda. 

Bagi saya sendiri, tidak masalah kafe dan resto kekinian banyak berdiri. Asal makanan tradisional tidak ditinggalkan serta dilupakan. Jadi keduanya bisa berjalan beriringan. 

Akhirnya kami pun memutuskan untuk nongkrong di sana, di Coffee Toffee. Yang punya acara emak-emak. Bapaknya hanya satu dua yang ikut serta. Walau masih bersuasana lebaran, kafe itu sudah kelihatan ramai. Parkir mobilnya saja penuh. Memang spot parkir untuk mobil tidak banyak, seh. Cukup buat kira-kira 5 mobil saja. 

Coffee Toffee di Jember lumayan cozy. Pengunjungnya didominasi anak muda. Sepertinya anak kuliahan. Hingga hampir pukul sembilan malam, mereka masih betah di sana. Mungkin jam malam anak muda sekarang sudah bergeser? Zaman saya dahulu, jarang sekali keluar malam hari. Bolehnya paling dekat rumah. Atau ada barengan yang sudah sangat dikenal orang tua. 

Saya dan teman bernama Shanti datang lebih dahulu. Saya ketahui kemudian kalau Coffee Toffee adalah kafe waralaba. Pemilik kafe di Jember adalah nasabah bank tempat Shanti bekerja. Setelah menelpon pemilik, maka rombongan kami mendapat diskon. Khusus untuk minuman saja. Alhamdulillah.

Setelah sebagian datang, kami mulai memesan makanan dan minuman. Buku menuju lebar dan tebal halamannya. Makanan dan minuman yang dijual rata-rata ditulis dalam bahasa Inggris. Agak sedih juga seh saya melihatnya. Padahal nama-nama makanan tersebut ada padanannya dalam bahasa Indonesia. Apa bahasa kita sendiri kurang keren? Wahhh, sepertinya mulai tadi saya banyak protes di artikel ini. wkwkwkwkwk.

Jual bubuk green tea
Teh hijau hangat
Sebenarnya kalau sedang ketemuan sekaligus halal bi halal, ketemuan, nostalgia masa lalu, update berita masa kini seperti ini, makanan bukan satu hal utama bagi kami. Yang paling penting tempatnya enak.

Interior Coffee Toffee Jember terbilang lapang. Di belakang sana ada ruang khusus bagi para perokok. Sofanya besar, mejanya lebar. Kami menggabungkan beberapa sofa agar lebih enak mengobrolnya. Malam itu, mesin pendinginya bekerja sangat baik. Sehingga saya merasa kedinginan. 

Di antara beberapa macam minuman hangat dan dingin yang terpampang di daftar menu, saya memutuskan minum minuman teh hijau hangat dan makan sandwich. Sudah lama saya penasaran ingin meminumnya. Akan tetapi, kalau beli di resto Jepang di Jerman, harganya lumayan mahal. Pernah juga saya melihat satu pak teh hijau saset dijual di toko asia. Harganya pun tidak murah. 

Minuman dan makanan datang agak lama setelah dipesan. Walau sibuk mengobrol, saat alarm di perut berbunyi, kami pun mulai ngedumel sebab makanan belum datang juga. 

Sandwich bekal
Sandwich isi telur ceplok
Seperti biasa, meski punya pesanan sendiri-sendiri kami saling mencicipi makanan. Sengaja teh hijaunya tidak saya tambahi gula. Ada rasa teh, tapi pekat dan agak pahit. Sedap juga. Ketika ada teman mencicipi, dia langsung bilang huekkk, pahit banget. hehehe. 

Sudah pesan teh hijau, saya tidak pesan kopi lagi. Liat teman pemesan cappucino, ada hiasan bunga di permukaannya. Katanya mereka punya secret ingredients.

Makanannya, dari beberapa kali nyomot punya teman, ya not bad, lah. Emak icip kue lekker, bitterballen, dan chicken cordon bleu. Di sini juga belum pernah makan cordon bleu sebab khawatir ada bahan tak halal. Sandwich pesanan saya disajikan bersama keripik kentang. Roti tawar putihnya di-toast sebentar. Telurnya diceplok. Sedangkan saya mengharap telurnya direbus saja. Dioles sedikit ama sambal, bikin sandwichnya lebih berasa nikmat.

Kesan saya, tempat ini memang asyik sih kalau buat nongkrong dan ketemuan. Asal pas jangan di jam-jam ramai saja. 

No comments:

Post a Comment

matched content: