Tuesday, October 20, 2015

Semarak dunia kuliner Indonesia di Frankfurt Book Fair 2015


Senang sekaligus bangga Indonesia menjadi tamu kehormatan di pameran bergengsi Frankfurt Buchmesse atau Frankfurt Book Fair 2015. Pameran ini dihadiri oleh banyak orang ternama, dari penulis, seniman, koki, dan lainnya, serta penuh dengan berbagai jenis acara yang wow banget.


Kami memilih datang di hari minggu, 18/10 kemarin ke Frankfurt book fair. Senang bisa lihat tokoh kuliner Indonesia. Saya termasuk yang tidak mengikuti berita serta cooking show di Indonesia, makanya bikin gereget banget ketika Jerman diserbu oleh mereka. Ingin lihat, baca dan ambil ilmunya.

Padahal sebelumnya tidak ada niat untuk datang ke pameran buku ini. Tapi teman, pa ewok si barista, menyarankan untuk datang kesana karena acara kulinernya yang menarik. Setelah cari-cari informasi mendaratlah saya di negeri 17 000 pulau, bertemu dengan sebuah situs, spiceitup.id. Ternyata banyak kegiatan yang ditawarkan di pameran ini terutama yang berhubungan dengan kuliner. Apalagi tamu kehormatannya tahun ini adalah Indonesia. Para koki ternama yang sudah luncurkan buku, datang tidak hanya untuk promosi bukunya tapi juga unjuk kemampuan mereka dalam masak memasak, menjadi duta Indonesia untuk memperkenalkan kuliner negeri tercinta.

Beberapa program kegiatan yang menanti diantaranya adalah cooking show, workshop masak memasak bersama para pelajar dan juga presentasi-presentasi menarik seputaran kuliner Indonesia, peluncuran buku, dll. Saya catat semua kegiatan yang mungkin untuk dikunjungi pada hari minggu itu beserta lokasi lengkapnya. Berdasarkan pengalaman kalau mengunjungi messe atau pameran seperti ini harus modal browsing info dulu, sesuaikan dengan bidang ketertarikan dan baru deh menjelajah. Karena tempat pamerannya luas banget, yang mengikuti pameran juga lebih dari 100 negara dengan berbagai macam kategori. Bisa nyasar dan kalap tak terarah kalau tidak dirancang terlebih dahulu.

frankfurt buchmesse 2015
Frankfurt messe, book fair 2015

Betul saja bayangan kami. sesampainya di frankfurt messe, kami hanya bisa parkir ditempat parkir khusus pengunjung yang letaknya sangat berjauhan. Kami naik shuttle bis gratis untuk menuju gedung messe-nya. Dan di dalam kompleks gedung masih harus naik mini bis menuju aula-aula pamerannya. Bis-bis tersebut selalu dipenuhi penumpang, datang dan pergi menjemput setiap berapa menit sekali. Kebayang kan jumlah pengunjungnya cukup membludak hari itu.

Kami tiba hampir jam makan siang, langsung menuju ke pavilion utama, aula forum yang khusus disediakan untuk Indonesia sebagai tamu kehormatan. Sepintas sambil lewat kami lihat panggung terbukanya ARD, yakni tv lokal (Jerman).

Aneka rempah, harta karun Indonesia

Di pavilion Indonesia suasananya dibuat agak temaram dengan lampion-lampion warna warni, cantik! Selain buku-buku tentang Indonesia, di sana juga dipamerkan kekayaan alam Indonesia berupa rempah-rempah, dipasang di atas meja berbentuk seperti lesung. Katanya ada lebih dari 50 rempah-rempah yang bisa dilihat, dipegang, dan dicium bahkan dibawa pulang hahaha… saya dikasih plastik untuk bungkus oleh Ibu Helianti Hilman, padahal cuman mau tanya apakah dipameran ini bisa beli rempah-rempah yang susah banget diperoleh di jerman. Ternyata ibu ini adalah seorang pengusaha sukses dibidang makanan alami dan organic yah. Senangnya…Makasih ibu Heli.

Selain itu terlihat ada bermacam-macam presentasi di beberapa tempat berdekatan. Di bagian paling depan, cooking show mengenai gluten free backing sudah dimulai. Ibu ini baru saya kenal setelah browsing di internet hehehe.. bernama Mary Jane Edleson, yang sudah lama tinggal di bali. Memperkenalkan kebun organiknya dan juga prinsip dan demo baking tanpa gluten. Sayangnya suami sudah tak tahan kelaperan akhirnya meninggalkan acara tersebut dan memilih berkunjung ke kantin Indonesia yang ada di bawahnya.

Kantin tersebut cukup panjang antriannya. Wangi masakannya kemana-mana, seakan sengaja untuk menggoda. Menu yang tersaji adalah asinan, gado-gado (menu andalan yang pasti ada disetiap acara Indonesia), klapertaart. Selain itu ada ayam rica-rica, dan nasi kapau vegetarian. Penasaran banget dengan nasi kapaunya. Setelah dicoba semuanya memang enak. Nasi kapaunya terdiri atas sewadah nasi dan sewadah sayur bersantan. tapi menurut saya lebih mirip sayur lodeh rebung ketimbang gulai padang. definisi nasi kapau dan ekspektasi lidah yang sudah pernah ke bukit tinggi berbeda. Mungkin chefnya sudah memodifikasi rasanya supaya aman di lidah orang asing.

Curi ilmu dari Ibu Sisca Suwitomo

Inti dari makanan Indonesia adalah bumbu-bumbu, seperti bumbu merah, bumbu putih dan bumbu kuning, yang tidak bisa diganti dengan yang lainnya. Ditambah dengan rempah-rempah khas supaya cita rasa Indonesia tetap ada. Demikian penjelasan bu Sisca Suwitomo ketika menjawab pertanyaan dari pelajar Indonesia tentang sejauh mana makanan Indonesia bisa dimodifikasi tanpa kehilangan cita rasa aslinya.

Dari sekian wisatakuliner ke beberapa restaurant Indonesia di eropa yang pernah kami coba. Rasa khas Indonesia itu selalu ada yang hilang dibeberapa sajiannya. Bu sisca mengajak para penonton untuk bekerjasama membuat restaurant Indonesia di frankfurt. kalau restaurannya terlaksana, kami berharap hidangannya tidak hanya untuk menjamu lidah asing tetapi juga bisa memuaskan cita rasa lidah orang Indonesia diperantauan seperti kami.

Ditengah presentasi bu sisca tentang seni melipat daun pisang untuk makanan khas Indonesia, audience bisa icip gratis makanan Indonesia buatan team dapurnya. Aya, tetangga sekaligus teman seperjalanan kami terlihat antusias sekali. karena sudah nonton acara masak memasaknya bu sisca sejak dari TK. Tak heran setelah acara selesai, langsung menghampiri dan minta foto bareng. Baru sadar ternyata setiap difoto ibu sisca punya kebiasaan melingkarkan ibu jari dan jari telunjuknya 👌 hehehe…


Bertemu Pak Habibie lagi!

Lanjut jalan, kami berencana menuju cooking gallery di hall 3. Kami berpapasan dengan beberapa orang bule yang tinggi besar pakai jas resmi mirip bodyguard. Celingak celinguk ternyata yang dikawal badannya kecil nyaris tidak terlihat. adalah mantan presiden kita bapak BJ Habibie yang akan meramaikan panggung talk show di pavillion. Senang banget bisa ketemu lagi dengan pak Habibie. Wajahnya masih berseri namun tongkat yang bantu menopang badannya tak bisa membohongi. Beliau terlihat lebih berusia. Pertama kali lihat beliau tahun 2011 ketika acara kuliah terbuka di Aachen. Masih seperti yang dulu, pak habibie menyambut kamera saya dengan senyuman.



Di cooking gallery ada dapur mini untuk pertunjukan dan beberapa anak-anak sekolah sedang antusias mengitari dapur tersebut. Sepertinya mereka akan mulai masak memasak. Terlihat ada Astrid Enricka Dhita, kenal langsung berkat poninya hehehe, sedang mulai merebus air dan mempersiapkan macam-macamnya. Ternyata mereka sedang membuat asinan.

Saya kembali tertarik dengan display rempah-rempah yang ada disana. Ada beras warna warni.. wow… ide menarik buat bento (tetep ngebento). Menurut bu helli, beras warna warni ini dibuat dari bahan alami dengan metode infusion. Yakni mengekstrak pewarna dengan bantuan air atau pelarut, kemudian beras direndam dalam larutan tersebut hingga warnanya meresap. 

Kamus warna warni beras pelangi ala ibu Heli:

Biru: direndam dalam air ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) 
Oranye: diwarnai dengan pewarna alami dari kulit kayu secang atau sepang (Caesalpinia sappan) 
Hijau: direndam dalam ekstrak daun pandan suji 
Ungu : diwarnai dengan pewarna alami dari ubi ungu. 
Kuning: diwarnai dengan kunyit.

Di seberang galeri dapur ada stand buku-buku memasak Indonesia. Ada beberapa buku yang ingin saya beli tapi  tak saya temukan di sana. Mungkin sudah kehabisan, salah satunya buku bu sisca. Saking keasyikan lihat-lihat buku resep tidak sadar akan kehadiran penulis2 bukunya. Baru tahu ketika pada minta foto dan tanda tangan. Disana kami bertemu lagi dengan bu sisca. Teman saya antusias beli buku bu sisca yang cuman tinggal satu-satunya itu, kemudian minta tanda tangan beliau dan tak lupa berfoto kembali 👌 hihihi… Saya pun ikut membeli buku masakan Indonesia yang tersisa, salah satunya tentang nasi kapau dari dapur femina dan primarasa. Masih penasaran ingin buat nasi kapau, belum puas dengan kapau yang di kantin tadi.

Sebetulnya di pagi hari, ada pak William wongso yang demo masak juga di sini, memperkenalkan nasi minyak batang hari. Penasaran banget, ingin liat pak William dan ingin nyoba nasi minyak khas jambi itu. Sayangnya kami baru berangkat dari Aachen hampir jam 9 pagi jadi tak terkejar.

Stand buku Indonesia utama ada di hall 4, sayangnya (lagi) ketika kami sampai disana, banyak stand yang sudah hampir kosong. Entah karena memang habis terjual dan kami kalah cepat. Atau karena buku-bukunya tertahan di suatu tempat misal di bea cukai hingga tak bisa ikut di acara ini? Beberapa stand malah sudah tidak ada penghuninya. Jujur kami kecewa, padahal hingga acara penutupan masih berjarak 3 jam.

Selepas dari pameran buku Frankfurt, kami sempatkan makan malam di restaurant Thailand langganan kami yang dekat dengan hauptbahnhof. Padahal sebetulnya koki2 Indonesia juga ada yang ditempatkan untuk memasak di restaurant-restaurant sekitar frankfurt. Tapi sudah terlanjur restaurant halal thailand ini dijadikan iming-iming, supaya si uda semangat mengantar ke Frankfurt.  Akhirnya kami makan di sana sambil mendengarkan cerita ‘behind the scene’ lucu-lucu dari tante kami di Aachen, yang sudah mendampingi para pengarang buku sekaligus menjadi translator sejak persiapan acara ini. Setelah puas dan kenyang menyantap sajian bebek halal bin lezat 👌 kami pun kembali ke aachen.
bebek goreng dan tumisan sayur dengan kacang mete
sayuran tumis kacang mete dan bebek goreng lezat

2 comments:

  1. waaahh asyik sekali lia... alhamdulilah akhirnya kesampaian kesini ya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya teh senangnya.... jg bisa makan bebek lagi hehehe :p

      Delete

matched content: