Monday, April 3, 2017

Promosi Wisata Lewat Makanan

Awal Maret lalu saya berkesempatan menghadiri sebuah event raksasa. Pameran pariwisata terbesar dunia di kota Berlin, bertajuk Internationale Tourismus Boerse, Berlin. Sebuah pameran tahunan yang diselenggarakan selama lima hari berturut-turut di bulan Maret.

Banyak pengalaman dan pengetahuan baru saya dapatkan selama pameran besar tersebut. Tak hanya ratusan stan yang diikuti oleh 186 negara dunia, travel agen online dan offline, maskapai-maskapai penerbangan raksasa dunia, asuransi perjalanan, serta segala hal yang berhubungan dengan dunia pariwisata. Bagaimana setiap peserta pameran mengemas stand-nya, apa saja yang ingin mereka promosikan, budaya apa saja yang ingin ditonjolkan, serta tidak ketinggalan beberapa makanan khas dari negara masing-masing.


Booth Wonderful Indonesia di ITB Berlin

Sebagai salah satu negara yang ingin mendulang pundi-pundi emas di sektor pariwisata, Indonesia tentu saja memiliki stand untuk mempromosikan kelebihannya di ajang pameran bertaraf internasional ini. Stand Indonesia memiliki satu stand utama bertema Kapal Phinisi Nusantara, satu booth kuliner, satu stand garuda Indonesia, serta sebuah stand spa.

Propinsi DKI Jakarta memiliki stand terpisah. Setiap hari, stand ibukota negeri tercinta dipandu oleh Abang dan None Jakarta 2016, satu meja khusus berisi aneka camilan nusantara dan beberapa makanan Indonesia. Di bagian belakang terdapat sebuah panggung kecil dimana orang bisa berlatih menggambar batik serta beberapa lembar contoh kain batik.

Meski sebagian besar waktu saya habiskan di booth utama Indonesia, saya berkali mengintip stand-stand lainnya. Mempelajari banyak hal, melakukan perbandingan-perbandingan. Seperti mengunjungi booth negara-negara Asean dan Asia lainnya, booth negeri-negeri di Eropa, serta Afrika. Dan seperti tahun sebelumnya, stand Indonesia memenangkan satu piala bergengsi di ITB sebagai salah satu stand terbaik.

Ajang Promosi Makanan

Satu hal yang saya perhatikan adalah bagaimana banyak stand stand menggunakan makanan sebagai penarik perhatian pengunjung pameran. Termasuk saya. Meski beberapa makanan yang disajikan gratis terlihat sederhana, namun seringkali menimbulkan rasa penasaran.

Stand teh Srilanka
Seperti keripik pisang di sebuah stand penerbangan Thailand. Setiap kali tersedia, langsung saya disaut pengunjung. Kalau sedang lewat dan lagi ada, saya pun tak ketinggalan ikut berebut. Rasa keripik pisangnya mirip keripik pisang jadul yang dulu sering saya makan.

Di sebuah stand negara Afrika, kami juga surprise menemukan beberapa makanan mereka mirip dengan kita. Selain juga memiliki kripik pisang, mereka juga punya ting-ting kacang. Rasanya saya tak bisa membedakan ting-ting kacang jadul Indonesia. Sangat mirip.

Di negara-negara Arab, Afrika Utara, saya sering mengambil kurma. Dan mencicipi teh dari Srilanka dan India. Salah satu negara yang terbilang royal adalah Turki. Selain menyewal satu hall sendiri, di banyak tempat kita bisa menemukan stand kopi dan teh. Serta manisan lokkum. Lokkumnya yang berkualitas tinggi dan harganya tentu saja tidak murah. Jika mengunjungi stand tertentu, tak jarang kita bakal ditawari makanan khas mereka lainnya.

Kuliner Indonesia di Pameran Dunia

Saya merasa beruntung sering nongkrong di stand Indonesia. Beberapa kali dapat cipratan makanan Indonesia. Kadang sore-sore ada yang ngedarin lemper. Kadang ada pembagian kue kering dalam kaleng-kaleng mini.

Di cafe, kita bisa mencicipi bir mataram yang namanya aja bir, akan tetapi isinya non alkohol. Pas dicicipi, eh rasa jahe menyengat. Menghangatkan tubuh. Selain itu, tersedia juga beberapa macam jamu tradisional. Kopi bisa diminta kapan saja. Gratis. Kopinya pekat dan pahit. Kalau mau memberikan uang, bisa saja langsung memasukkan ke kota yang tersedia.

Coctail gathering, booth Indonesia
Di stand Jakarta, selalu tersedia aneka keripik dan camilan kering lainnya. Di sini juga tempat asyik nyamil keripik pisang. Selain jajanan jadul yang saya sebut sebagai plintiran atau untir-untir. Sebagian menyebutnya sebagai kue tambang. Setiap sore, chef Darius akan menyuguhkan masakan khas Indonesia. Saya sempat mencicipi semur daging endes. Pas mau nyoba gado-gado keesokan harinya, kami terlambat. Katanya, 15 menit pertama udah ludes. Wow banget!

Jamu, jamu, jamune, Mas!!!
Di hari kedua pameran, stand Indonesia mengadakan coctail gathering. Ini semacam jamuan buat tamu-tamu khusus undangan, dan mereka yang tertarik. Literally, siapa saja boleh datang. Selain disuguhi aneka pertunjukan budaya, kita bisa mencicipi aneka makanan Indonesia. Macam somay goreng, sate, dan teman-temannya. Pramusaji berkeliling membawa nampan-nampan makanan dan minuman, memudahkan pengunjung mengambilnya.

Banyak pujian saya dengar mengenai cita rasa masakan Indonesia. Tentu saja, harapannya, mereka akan tertarik mengetahui tentang Indonesia serta kemudian berkunjung ke tanah air tercinta.

No comments:

Post a Comment

matched content: