Sunday, April 8, 2012

Mencicipi Hidangan Khas Maroko : Kiftah dan Brochettes


Ada satu harian ketika kami di Maroko, kami habiskan untuk menyewa satu taksi besar dan berkeliling ke tiga tempat : situs bersejarah Volubilis, makam ulama penyebar Islam di Maroko, Moulay Idriss Zerhoun, dan Meknes. Waktu makan siang tiba saat kami di Moulay Idriss. Kami mengajak Pak sopir untuk makan siang. Kami persilakan beliau memilih tempat dimana kami akan makan.


Sebagian besar warung makan dekat pasar Moulay Idriss dipenuhi pelanggan. Karena bangkunya hingga keluar warung, maka tampang asing kami sempat menjadi panrik perhatian banyak orang. Si Bapak memilih sebuah warung yang tak terlalu ramai. Kami ikut saja. Kata adik-adik mahasiswa, ini warung sate Maroko. Menunya dari daging sapi. Si penjaga tak punya daftar menu. Saya hanya minta sate saja. Tak terbayang bagaimana penampakannya nanti.

Liftah yang dipesan Si Bapak dan adik-adik mahasiswa mirip dengan kofte kebab-nya orang Turki. Dari namanya, kiftah - kofte memang ada kemiripan. Terbuat dari daging cincang dibumbui, dibentuk lalu dibakar. Makannya dengan saus merah.

Sebelum makanan datang, minuman kami tiba terlebih dahulu. Embak, putri kami memesan jus apel. Tapi kecewa, sebab jus apelnya ternyata dicampur dengan susu banyak sekali. Sehingga rasanya jadi aneh, sebab tak terbiasa meminumnya. Sedang, jus jeruk pesanan saya langsung diperas dari jeruk segar. Segar sekali.

Nasi putih yang datang kemudian, bercampur dengan seledri. Rasanya jadi unik juga. Selain itu, kami mendapat bonus berupa buah zaitun enak sekali. Tak terlalu asam seperti zaitun kalengan yang kami beli di supermarket di Jerman. Baik kiftah maupun brochettes disajikan dengan potongan tomat dan bawang bombay bakar.

Brochettes, namanya baru saya ketahui setelah smapai di Jerman, sejatinya adalah sate. Makanan yang disajikan dengan tusukan, lalu dibakar. Biasanya terdiri dari potongan daging atau potongan daging campur sayuran. Brochettes kami muncul di meja bersama dengan tusukan panjang dari metal. Awalnya, saya kaget melihat benda sebesar ini dalam piring. Saat memindahkan dagingnya pun kesusahan. Sate daging ini sangat empuk. Kentara sekali jika terbuat dari daging sapi muda. Bumbunya meresap, namun rasanya tak terlalu kuat. Orang sini memakannya dengan roti. Makan di warung negeri asing sungguh membawa kesan mendalam, ya.

No comments:

Post a Comment

matched content: