Thursday, July 28, 2016

Menyimak Pembuatan Kue Khas Jerman Baumkuchen

Kue Jepang
Baumkuchen buatan Jepang
Walau sudah lama mendengar nama kue bernama Baumkuchen, namun baru-baru ini saja saya bisa melihat bentuknya secara langsung dan mencicipinya. 

Di artikel berbahasa Indonesia yang pernah saya baca, Baumkuchen katanya lapis legitnya Jerman. Kue ini katanya sudah mulai bisa didapatkan di tanah air. Waaaa, saya yang tinggal di Jerman malah ketinggalan berita, nih. hehehe.


Waktu bertandang ke Jepang, beberapa bulan lalu, saya kaget. Sebab nemu baumkuchen di sana sangat populer. Di sana disebut sebagai baumukuhen. Bahkan di Masjid Tokyo yang saya kunjungi, ketemu sama Baumkuchen berlabel halal. Langsung deh, saya borong beberapa biji. 

Pas dicicipi, rasanya memang ada kemiripan dengan lapis legit. Enak banget. Tapi baumkuchen tidak setebal dan sepadat lapis legit. Manisnya pas. Tidak bikin eneg. Sepotong kecil baumkuchen harganya 200 yen. Atau sekitar 25 ribu rupiah. Anak-anak saya pada doyan makan ini. 

Di Jerman sendiri, Baumkuchen termasuk kue jadul yang masih bertahan hingga kini. Teknik pembuatannya pun unik punya. Baumkuchen di Jerman sudah mulai dibuat orang pada abad 14. Resepnya mucul pertama kali pada tahun 1.450-an. Dan di abad 15, kue ini sudah jadi kue yang jamak dibuat di rumah-rumah orang berpunya. 

Keren, yah. Sudah mulai dibuat berabad-abad lamanya. Dan sejak sekitar abad 18, kue ini mulai dijual di toko-toko kue Jerman. Setelah itu, baumkuchen pun mulai dibuat secara massal di pabrik-pabrik. Kota penghasil baumkuchen yang legendaris di Jerman adalah kota Salzwedel. Di negara bagian Niedersachsen.

Oh ya, kalau diartikan, Baumkuchen itu berarti kue pohon, lho. Kenapa yang dibilang kue pohon. Bentuknya memang bundar seperti batang pohon. dan bagian dalamnya terlihat seperti cincin-cincin tahun sebuah pohon. Cara membuatnya pernah saya perhatikan lewat video online. Tapi, saya ingin sekali menyaksikan pembuatan Baumkuchen secara langsung. 

Alhamdulillah kesempatan tersebut datang juga. Awal Juli lalu di kota Cologne, Jerman, berlangsung festival makanan bertajuk Festival der Genuesse. Kalau diartikan bebas festival kenikmatan. Nikmat makanan dan minuman. Waktu meneliti program dan peserta pameran, saya langsung excited. Satu perusahaan Baumkuchen asal Salzwedel akan datang mengikuti pameran. Dan bakal ada demo pembuatan Baumkuchen. Yeay.

proses pembuatan Baumkuchen
Oven khusus Baumkuchen
Meski sudah siap-siap mau mudik ke tanah air, saya sempatkan menyetir ke Cologne untuk menghadiri festival makanan tersebut. Lokasinya di sekitar Museum Cokelat Jerman. Tepat di tepian sungai beken Jerman, Sungai Rhein. 

Saya ngajak si kecil ke sana. Waaaa... ternyata festivalnya rame juga. Padahal cuaca sedang agak-agak mendung serta gerimis. Kami datang di hari pertama. Dan lumayan rame. Gak cuma warga lokal. Kami melihat turis-turis asing. Terutama turis dari Jepang dan China. Sebagian dari mereka melakukan wine tasting. Sebab memang festival ini diikuti oleh beberapa produsen minuman anggur.

Kami di sana agak sore. Langsung menuju tenda Baumkuchen. Tidak jauh dari jembatan menuju Museum Cokelat. Sedang tak ada demo. "Setengah jam lagi," kata ibu-ibu penjaga stan ketika anak saya menanyakannya.

Kami manfaatkan waktu tunggu untuk melihat-lihat stan yang lain. Peserta peserta kali ini sekitar 90-an. Di bagian depan ada stan tomat madu. Pengunjung bisa mencicipi. Tomat premium ini rasanya manis. Buahnya segar dan sangat mengkilap permukaannya. Satu ons-nya dijual dengan harga 2 euro selama festival. Atau sekitar 30 ribu rupiah. Kata Embak penjaganya seh, kalau di luar festival harganya lebih mahal dari itu. Wuihhhhh...

Di sudut ada penjual roti dari negara bagian Bavaria. Roti yang dibuat secara tradisional. Rotinya berbentuk bundar dan keras. Sepertinya ada demo pembuatannya juga. Kami lalu menonton pertunjukan seruling kayu asal Swiss, Alphorn. Seruling kayu raksasa, sepanjang entah berapa meter. Ditiup oleh beberapa orang lelaki berkostum tradisional. Asyik. 

Selain produk makanan, saya lihat stan-stan alat dapur. Seperti panci, pisau, serta talenan. Bukan talenan biasa. Harganya talenannya jutaan kalau dirupiahkan. Entah apa keitimewaannya. Saya tak sempat bertanya langsung ke pemilik stan.

Melihat Proses Pembuatan Baumkuchen Secara Tradisional 

Tak sampai setengah jam, kami balik lagi ke stan Baumkuchen. Takut ketinggalan. Perusahaan pembuat Baumkuchen asal Salzwedel ini memproduksi Baumkuchen dalam skala besar. Akan tetapi, semuanya masih dibuat secara tradisional. Seorang ibu penjaga stan, sedang mempersiapkan adonan. Ada dua ember adonan. Adonan kuning telur dan adonan putih telur.

Bahan dasar baumkuchen relatif sederhana. Yakni: telur, mentega, vanila, gula, garam, dan tepung. Putih dan kuning telur dipisah. Putih telur dikocok hingga kaku. Dan dicampurkn ke adonan tepung+kuning telur sesaat sebelum dipanggang. Nah yang unik adalah cara memanggang Baumkuchen. 


Baumkuchen dipanggang di oven terbuka. Berbahan bakar kayu. Kayunya harga terbakar hangus dan benar-benar panas. Sebuah roller dipasang horisontal di bagian depan oven terbuka. Panjang roller sekitar 50 - 60 cm.

Ketika sudah panas, dan dua macam adonan mulai dicampur, baru disiramkan sedikit demi sedikit di atas roller yang berputar. Setelah satu lapis adonan matang, ditambah lapis berikutnya. Demikian sampai adonan habis. Saya hitung, proses ini diulang hingga sepuluh kali. Tak sebanyak lapis legit, yah. Akan tetapi, karena ovennya panas, dan ukuran roller lumayan besar, maka pekerjaan membuat baumkuchen ini, terlihat melelahkan. Sesekali tampak si ibu memindahkan posisi roller, agar baumkuchennya tidak terlalu gosong.

Setelah matang, pengunjung boleh mencicipi kue yang baru saja dibuat. Kue yang panjang dipotong-potong. Lalu disuguhkan sebagai tester. Sedap deh baumkuchen fresh from oven. Rasanya beda ama baumkuchen buatan Jepang. Versi Jepang lebih mirip lapis legit. Versi Salzwedel lebih empuk dan fluffy. 




2 comments:

matched content: