Tuesday, March 31, 2015

Tips menyimpan bumbu dasar supaya awet


Siapa yang males nguleeek? (saya, langsung acung). Pekerjaan mengulek bumbu merupakan momok besar, berpengaruh dalam menurunkan niat masak kalau buat saya pribadi. Jika ingin memasak sesuatu yang bumbunya harus diulek dulu, biasanya saya ambil jalan pintasnya yang lebih hemat waktu dan yang jelas tidak memakan banyak tenaga, yakni dengan menggunakan stock bumbu dasar.


Saat ini mulai banyak di jual stok bumbu dasar di pasar. Namun orang tua dan saya pribadi masih senang menggunakan bahan dasar buatan sendiri untuk memasak. Untuk bahan dasar yang dijual, kami agak sangsi status kebersihan dan kesehatannya. Apakah menggunakan bahan pengawet atau bahan kimia tambahan yang tidak disadari bisa meracuni tubuh. Berikut ini saya ingin share tips cara menyimpan bumbu dasar buatan sendiri tanpa bahan pengawet dan bahan kimia tambahan.


Membuat bumbu dasar tentunya lebih trend dengan diulek. Saya sering mendengar bahwa bumbu yang diulek lebih nikmat rasanya ketimbang yang diblender. Tapi entah kenapa bagi lidah saya, kedua rasa itu tidak terlalu signifikan perbedaannya.  Asalkan porsi garam, gula, merica atau bumbu lainnya pas takarannya.

Ibu mertua saya paling senang kalau mengulek dengan cobek dan ulekan dari padang. Ulekannya berbentuk lonjong hampir bulat. Dipegang dengan kedua tangan dan digeruskan ke bumbu. Ibu lebih senang mengulek dengan cara ini, karena lebih halus. Selain itu katanya masakan yang dihasilkan lebih nikmat (pastilah sudah terbukti kelezatan masakan ibu). Tapi kalau saya dikasih tugas mengulek dengan gaya seperti ini langsung kibar bendera putih... hihihi. Mengulek adalah hal yang paling tidak disukai. Apalagi dengan ulekan batu yang lonjong seperti ini, saya gak bisa menggunakannya. Cara memegangnya saja sudah repot apalagi harus menggiling. Menyerah segera.

Sebaliknya mami, orang tua saya, lebih melihat praktisnya. Untuk bumbu dasar yang biasanya diperlukan dalam jumlah banyak/sering dipakai untuk masakan seperti rendang, gulai, dsb, biasanya menghaluskan bumbu dengan menggunakan blender. Namun jika untuk memasak hal-hal yang praktis dan porsinya tidak telalu banyak semisal nasi goreng, sambel dadakan atau sajian rumahan yang simple, biasanya ulekan tetap jadi andalannya. Namun bentuk ulekannya seperti tanda koma, ada pegangan, dan tidak berbentuk bulat seperti khas sumatera sana. Lebih mudah digunakan, tapi saya tetep ogah pakai hehehe…


Blender adalah cara yang paling gampang, praktis, hemat waktu dan tidak buat capek bagi saya. Teman seperjuangan saya jika lagi bertempur di dapur adalah hand blender ini yang sudah menemani saya hingga hampir 8 tahun. Lumayan awet dan bandel meski modelnya udah kadaluarsa hehehe. Waktu itu saya beli dengan harga yang relative murah dan yang paling penting sangat berguna banget bagi saya yang ogah ngulek. 

Cobek dan ulekan yang saya punya sekarang fungsinya untuk yang ringan-ringan saja. Kadang saya pakai hanya sebagai wadah saji. Misal, membuat sambel tetap pakai handblender dan supaya tradisionalnya terasa, sambelnya saya taruh di cobek. Karena ukuran/volume hand blender kecil, jadi masih bisa dipakai untuk membuat sambal yang sedikit. Tanpa air dan tanpa minyak, cukup menambahkan tomat dan biasanya blender lancar menggiling. Selain itu blender ini bisa juga digunakan untuk menggiling kacang, menghaluskan sayuran atau buah-buahan. Asalkan setiap ganti bahan peralatan selalu dicuci bersih. Jangan sampai nanti buahnya berasa sambal terasi ya hehehe…

Kembali lagi ke persoalan bumbu. Bumbu dasar banyak ragamnya, bumbu dasar putih, bumbu dasar merah atau bumbu dasar kuning, tergantung kebutuhan memasak kita. Saya biasanya hanya membuat bumbu dasar yang bercabe. Berhubung sering banget masak gulai, belado, rendang, dkk. Juga karena orang tua terbiasa membuat bumbu ini. Bumbu yang saya pakai bahannya benar-benar basic banget. hanya terdiri dari beberapa bahan yang paling umum dipakai dalam aneka kreasi makanan. Bahan-bahan yang lain bisa ditambah secara terpisah sesuai resep masing-masing masakan. Nah berikut ini bumbu dasar yang biasa kami buat:


Bahan-bahan bumbu dasar merah:

  • ½ kg bawang merah
  • 5 gendul/bonggol bawang putih (1 gendul terdiri atas banyak siung)
  • 1 kg cabe (cabe keriting atau cabe besar tergantung selera dan bisa dicampur)


Bahan-bahan di atas bukan bahan yang mutlak yah, bisa aja ditambah bahan lain semisal kemiri, kunyit, ketumbar, dll tergantung kebutuhan memasak dan kebiasaan memasak masing-masing.

Cara membuat bumbu dasar:

Bawang putih dan bawang merah di kupas dan beserta cabe di cuci bersih. Kemudian potong kasar cabe dan masukan semua bahan ke dalam blender. Setelah itu diblender hingga halus. Jika blendernya tidak jalan, tambahkan minyak atau air.

Penggunaan minyak maupun air dalam proses blender tergantung tujuan memasaknya. Misal, jika teman-teman ingin menggunakan bumbu untuk ditumis, maka baiknya dihaluskan dengan bantuan minyak. Tapi jika bumbu tersebut tidak perlu ditumis atau bahkan bisa langsung dimasak bersama bahan lain, maka air bisa jadi pelumas saat memblender.

Jika air tetap lebih mudah digunakan untuk memblender tapi tidak mau bumbunya terlalu berair, maka ambil alternative langkah berikut, sebelum disimpan, bumbu dimasak dulu hingga airnya menguap. Jika bumbu sudah mendidih dan mengental, matikan api dan dinginkan. Baru setelah itu disimpan. Orang tua saya biasanya memasaknya terlebih dahulu hingga setengah matang kemudian baru disimpan. Ketika akan dipakai untuk menumis, bumbu masih tercium wangi dan enak. 

Cara menyimpan bumbu dasar supaya awet:

Saya termasuk anti dengan bahan-bahan kimiawi tambahan. Karena investasi jangka panjang tubuh adalah dengan selalu menjaga asupan makanan yang sehat dan tanpa membebani tubuh dengan bahan kimiawi yang bisa bersifat racun bagi tubuh. Supaya bumbu tahan lama saya tidak gunakan bahan pengawet melainkan menyimpannya dalam lemari pendingin. Bumbu bisa tahan beberapa hari sampai minggu.


Jika ingin disimpan lebih lama (beberapa bulan) atau karena stock bumbunya banyak, biasanya langsung dibekukan saja. bumbu tersebut dibekukan dalam wadah es batu sedikit demi sedikit. Trik ini saya peroleh dari teman selama tinggal di jerman, supaya memudahkan ketika mengambil bumbu beku tersebut. Maklum di jerman tidak punya asisten yang siap mengulek kapan saja, makanya metode ini bagi saya sangat manfaat banget.  Ketika kita butuh bumbu dasar, tinggal menghitung berapa jumlah blok bumbu yang akan dikeluarkan dari freezer.


Saat pulang ke Indonesia, kampung halaman, saya sengaja pesan ke orang tua supaya dibuatkan bumbu dasar itu. Kemudian bumbu itu ditaruh di wadah kedap udara dan dibekukan terlebih dahulu. Kemudian saya bungkus dengan lapis tissue dapur dan plastic wrap taruh di koper untuk bagasi pesawat. Setiba di jerman, biasanya bumbu sudah tidak beku lagi. Di rumah, bumbu tersebut saya taruh di cetakan es batu, kemudian saya bekukan lagi. Ketika tiba-tiba kangen dengan masakan orang tua, langsung deh ambil persediaan di freezer, masukan bongkahan bumbu dapur ke dalam calon gudeg, gulai, rendang atau apapun itu. Lebih praktis, hemat waktu dan tahan lama.

4 comments:

  1. wah... gute idee lia... makasih tipsnya ya... cock sekali dengan saya yg malas mengulek hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama2 teh. iya paling malas emang ngulek yah teh. klo lia asistennya si mesin handblender ini hehehe.. lumayan mebantu.

      Delete
  2. Mendarat disini...TFS mbak,,ini keren bangetlah buat antisipasi rindu masakan indo pas lagi di LN ya,,manapula bumbu2 asia ini kan katanya mahal2 kalo udah di eropah sana :D

    ReplyDelete
  3. Wah keren idenya pake cetakan es batu....

    ReplyDelete

matched content: