Suatu pagi ketika kami sedang berkunjung ke rumah seorang sahabat di Bremen, saya terkejut karena anak-anak heboh ribut di lantai dasar. Ada apa gerangan? Sepertinya mereka sedang melakukan kegiatan yang seru. Ketika saya menengok ke arah sumber kehebohan, olala, mereka sedang beramai-ramai membuat cotton candy sendiri.
Mereka menggunakan sebuah cotton candy maker. Bentuknya bundar. Saya langsung bisa merasakan kegembiraan mereka. Bahkan saya kepengen bergabung dengan mereka. Teringat dulu masa kecil saya. Jarang sekali kami boleh membeli cotton candy di pasar malam.
Selain cotton candy, di masa kecil saya dulu ada gula-gula mirip cotton candy. Namanya arum manis. Di daerah lain, disebut juga dengan arbanat. Bentuknya mirip ijuk. Akan tetapi berwarna-warni. Biasanya penjualnya mangkal di depan gerbang sekolah dasar. Atau berkeliling jalan kaki dari kampung ke kampung.
Tekstur arum manis lebih keras. Kalau digigit kres-kres. Untuk menarik perhatian pembeli, penjualnya menggunakan alat musik gesek biola sederhana yang bunyinya ngikkk ngokkk ngikkkk ngokkk.
Tapi kalau pemainnya pintar bisa jadi lagu. Sambil memainkan alat musik tersebut, penjual aruma manis akan menenteng kaleng besar. Diselempangkan ke salah satu sisi tubuhnya. Kalengnya ada yang berbentuk persegi, maupun bundar. Tak ada harga pasti ketika membeli arum manis. Kita tinggal menyebutkan mau beli berapa. Apakah 10 atau 25 rupiah. Penjual akan melayani. Arum manis dicuil lalu diletakkan di atas sobekan kertas. makannya bisa langsung digigit atau dicuil sedikit demi sedikit.
Oh ya, zaman dahulu kalau mau arum manis gak mesti punya duit. Bisa ditukar dengan rambut. Banyak orang sehabis potong rambut, sisa rambutnya tidak dibuang. Mereka kumpulkan lalu dijual. Atau dipakai barter. Tak jarang ada anak mengira kalau arum manis ini terbuat dari rambut beneran. hehe. Saat ini, sudah jarang orang mau berjualan arum manis.
Bahan dan cara membuat arum manis, konon sebenarnya sederhana. Ia butuh ketelatenan. Gula dimasak bersama air hingga menjadi karamel. Bisa dicampur pewarna makanan. Setelahnya, karamel diletakkan di permukaan yang rata. Setelah agak dingin, lalu ditarik-tarik dengan tongkat kayu pendek. Saat ditarik, akan terbentuk rambut-rambut kasar.
Mesin Praktis Cotton Candy Maker
Mesin Praktis Cotton Candy Maker
Di Jerman, negeri tempat tinggal saya sekarang, cotton candy atau gula-gula kapas atau Zuckerwatte sering diasosiasikan dengan pasar malam. Hampir semua pasar malam. Baik pasar malam tiap musim panas, maupun pasar natal di bulan November - Desember. Jika ada sebuah festival, saya juga sering melihat jajanan satu ini. Jajanan yang disuka anak-anak. Harganya dalam plastik kecil sekitar 2 euro (Rp. 30.000,-). Tetap saja yang beli banyak.
Penjual manisan di pasar malam |
Mesin cotton candy maker ini digerakkan dengan listrik. Gula akan dipanaskan. Dalam keadaan normal, molekul gula berbentuk padat. Saat dipanaskan, komposisi gula berubah. Menjadi cair. Saat mesin berputar, gula cair ini bertemu dengan udara dingin, dan kembali memadat.
Akibat putaran, ia berbentuk benang-benang halus. Semakin banyak, kumpulan benang gula ini membentuk kapas besar dan manis. Kumpulan benang-benang gula dengan sebuah stik kayu atau bambu kecil Bisa pakai tusukan sate. Untuk sebuah gumpalan kecil, hanya perlu satu sendok makan gula pasir. Modal kecil pun bisa membuat anak-anak heboh.
* Foto Cotton Candy Maker dari Tokopedia
Klo pas ada fair di sana, mba sama adek, jualan ini deh, seru. Kmrn di KIBAR sring gathering, anak temenku jualan cotton candy, laku keras, padahal modalnya cuman gula n mesin cotton candy nya ini.
ReplyDelete@Mbak Rosi: bener, Mbak.. Anak temenku juga jualan ini pas ada acara agak gede. Seklai jualan dha bisa balik modal beli alatnya. :)
ReplyDeleteIniiii maahh kesukaankuuu mbaaa iraaaaaaaaa
ReplyDeleteSama mbak, sejak kecil harus curi curi beli cutton candy. Sekarang nurun me so kecil. Batuj
ReplyDeleteKalau ada cutton candy gini bisa bikin sepuasnya
@Ima: hihihi gak hanya anak-anak yang doyan, yah...
ReplyDelete@Zulfa: Harga alatnya gak terlalu mahal. Bisa bikin sepuasnya. :)
Aku pernah liat video temenku ngetest pertama cotton candy maker yg baru dia beli. Haha lucu banget mukanya
ReplyDeletePasti wajah bahagia, ya Zahra?
Deletewahhh ada alatnya ya mba, mupeng dehh..bisa jualan juga yaa....ngilerr pengen rambut nenek...
ReplyDeleteAda Mbak Dew. Versi rumahan yang ukurannya kecil.
DeleteHahaha iya inget.. dulu jamanku SD masih ada abang-abang yang jual arbanat di depan sekolah. Persis seperti yang digambarkan mbak Ira. Cuman harganya udah bukan lagi 10 atau 25 rupiah. Jamanku dulu harganya udah 50 rupiah..
ReplyDeletehiks, brarti aku lebih jadul nih dibanding Mbak Dee An..
DeleteWah, mba Ira masih inget soal rambut itu. Hihi. Iya ya, dulu barang bisa dibarter dengan barang. Ga selalu harus punya uang. :D Kalo sekarang arum manis biasa dijual di pusat oleh-oleh. Adekku juga suka makan :D
ReplyDeleteMenarik sekali ceritanya .. Saya baru denger kl beli arumanis bisa dituker dg rambut ! Hihihi ..
ReplyDelete